7/23/2011

MENGENAL ALLAH LEWAT SIFAT AR RAHMAN

2. AR RAHMAAN
(Dzat Yang Maha Pengasih)
 

Allah Ta'ala dengan sifatNya Ar Rahman akan mengasihi semua makhluk 
yang telah diciptakanNya dengan jalan mencukupi semua kebutuhan makhluqNya. 
Dan dalam memberikan dan mencukupi semua kebutuhan mahkluqNya,
Allah Ta'ala tidak perduli apakah hambaNya tersebut beriman kepadaNya ataupun 
mensekutukanNya, baik yang taat kepada-Nya maupun yang durhaka kepada-Nya. 
Oleh sebab itu bagi orang-orang yang beriman dengan Asma' Ar Rahman, 
dia sangat yakin akan ada-Nya Allah Ta'ala yang mengatur segala sesuatu 
yang ada dilangit dan dibumi.
Allah Ta'ala telah memberikan kepada kita segala apapun yang kita butuhkan 
untuk hidup didunia ini tanpa memandang apakah kita termasuk orang yang beriman 
atau ingkar (kafir).
Bahkan terkadang kita sering menyekutukanNya, melanggar larangan-laranganNya, 
tidak mau mematuhi perintah-perintahNya, akan tetapi Dia masih mencukupi segala 
kebutuhan kita, seperti makan, minum, tempat tinggal, pakaian dan lain sebagainya. 
Bisa kita bayangkan andaikata Allah hanya mencukupi kebutuhannya orang-orang yang
beriman saja niscaya banyak sekali manusia yang mati (sengsara) termasuk diri kita.  
Akan tetapi perlu kita ingat bahwa semua yang diberikan Allah kepada kita 
pasti akan ada hisabnya (pertanggung jawabannya). Semakin banyak yang kita 
terima maka semakin banyak yang akan kita pertanggung jawabkan.
Oleh sebab itu Nabi yang paling terakhir masuk syurga adalah Nabi Sulaiman, 
karena ia diberikan kerajaan yang tidak pernah dimiliki oleh orang-orang yang 
sebelum dan sesudahnya. 
Oleh sebab itu jangan senang-senang saja menikmati fasilitas yang Allah berikan,
tetapi pikirkanlah bagaimana nantinya bisa mempertanggung jawabkannya. 

Rahman Allah Ta'ala ada empat hal :
1.Umur  : Setiap yang bernyawa pasti akan mati termasuk manusia. 
Dan apabila waktunya telah tiba, maka tidak bisa dimajukan atau dimundurkan 
walaupun hanya sekejap. Umur ada dua yaitu kelahiran dan kematian. 
Dimasa tenggang itulah, 
yaitu antara lahir dan mati, manusia diberi kesempatan untuk mempergunakannya. 
Sesuai surat Al A'raaf (7) : 34
34. Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang waktunya, 
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) 
memajukannya.

Apabila kita sadar bahwa umur itu adalah pemberian Allah, maka kita akan 
mempergunakannya dengan sebaik-baiknya, maka dari itu hendaklah selalu kita rasakan
 dan yakini bahwa ada campur tangan Allah dalam umur kita ini. Dan Allah memberi kita 
kesempatan berupa umur agar kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. 

Surat Al 'Ashr (103) : 1 - 3

1.Demi masa.
2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat 
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi 
kesabaran.

Pada dasarnya yang namanya manusia hanyalah sebentuk jiwa yang tidak memiliki 
apa-apa. Kemudian Allah memberikan pinjaman berupa jasad dan ruh untuk melakukan
aktivitas. Dan jasad ini meliputi mata, kaki, telinga, pikiran, kaki, mulut,
lidah dan lain sebagainya. Akan tetapi pinjaman tersebut suatu saat pasti akan
diminta oleh yang memiliki yaitu Allah Ta'ala . 

Bisa kita bayangkan andaikata Allah tidak memberikan pinjaman mata kepada kita 
bagaimana kita bisa melihat? Andaikata Allah tidak memberikan pinjaman telinga 
kepada kita bagaimana bisa mendengar? Begitupun juga dengan hal-hal yang lain. 
 
Jiwa telah dititipi Allah jasad beserta ruh sampai batas waktu tertentu, ada yang 
batas waktunya pendek dan ada yang panjang. Ada yang sebatas bayi, aqil baligh,
remaja, dewasa dan ada yang sampai pikun. Ini semua adalah amanah Allah dan 
sebagai buktinya apabila yang punya (Allah) berkehendak mengambil tidak ada
yang bisa menahan. Apabila kita akui bahwa jasad dan ruh ini adalah milik kita, 
apakah kita bisa menahan agar tidak mati? Oleh sebab itu jangan sekali-kali kita 
merasa bahwa fisik ini adalah kepunyaan kita, sehingga apabila yang punya mau
mengambil kita harus ikhlas. 

Jiwa tidak bisa melihat, mendengar, merasa dan lain sebagainya jika tanpa alat,
dan alatnya telah dititipi oleh Allah berupa jasad. Sebagai contohnya jiwa ingin
mengetahui jam berapa, lalu ia perintahkan mata untuk melihat. Jiwa ingin 
mendengarkan sesuatu lalu ia perintahkan telinga. Jadi jiwa pada dasarnya tidak 
punya apa-apa melainkan hanya niat (keinginan). 

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates